Sbiah baah

Sbiah Baah is one of the most popular traditional festivals among the Maibrat People in Papua. This festival occurred in the '60s when I was a child.... more

by Jason Sentuf

Buy the Original Painting

Price

$3,000

Dimensions

28.000 x 18.000 inches

Title

Sbiah baah

Artist

Jason Sentuf

Medium

Painting - Acrylic On Canvas

Description

"Sbiah Baah" is one of the most popular traditional festivals among the Maibrat People in Papua. This festival occurred in the '60s when I was a child. At that time, we were unfamiliar with modern technology such as cameras. Such festivals have gone along with the loss of our forefathers. But the characteristics of the cultural life are not lost. This has turned into the modern life of our generation. There are seven traditional institutions in Maybrat and Sawiat society:

1. WION - religion charge and the initiation institution of men
2. FENYA KIAR is an initiation institution for women
3. BOSI ANYA = Marriage institution
4. SIRA TABAM = Landlords institution
5. BOVEN = cultural institution
6. BOKAH MESIA BOSA MEYA = Economic and trade institutions
7. BOMEY = language institutions

Two of these seven institutions are connected to the Sbiah Baah festival: Marriage (Bosi Anya) and Trade (Bosa Meya). "Sbiah baah" is a home to control and settle debts and Receivers of Kain Timor (woven clothes from Timor Island used as dowry), originating from the stock (Mbrat: rural) planted by women. This is to equip and raise the dignity of their daughters after the male party accomplished the dowry provision (stock-rural). , give back down payment ( deposit = bomasu=pokok), dividend (bour- bunga), bonus ( bo amot), and grant ( bofnesaran = hibah). this formation system of spider webs has been taking place in Maybrat society until now, even in our new generation! As you see in this work, various kinds of colorful woven cloth are wrapped around the girls' bodies. Such wove clothes were made in Timor Island and used for years as dowry among the native people that inhabited the Birds Head peninsula of West Papua. The girls ran out of the house, chasing and holding the men's hands while dancing around that big house. Women with their traditional bag ( made of bark) full of Kain Timor inside it, walking in front of, followed by men shouting and running around about cutting the wood plugged by the host as if to prove and demonstrate their ability that they can pay their debt. Thanks to God, He has allowed me to record this historical event in my imagination. And I try to express it by painting on canvas. The philosophy of this festival has been described accurately in some books by local authors and even by some cultural experts from foreign countries such as the Dutch and the United States.
The same subject will be painted again from another perspective with a different style.

Bahasa Indonesia

"Sbiah Baah" merupakan salah satu festival tradisional yang paling populer di kalangan Masyarakat Maibrat di Papua. Festival ini terjadi pada tahun 60an ketika saya masih kecil. Saat itu kita masih asing dengan teknologi modern seperti kamera. Perayaan-perayaan seperti ini terjadi seiring dengan hilangnya nenek moyang kita. Namun ciri-ciri kehidupan budaya tidak hilang. Hal ini telah berubah menjadi kehidupan modern generasi kita. Ada tujuh lembaga adat dalam masyarakat Maybrat dan Sawiat:

1. WION - Lembaga agama dan inisiasi laki-laki
2. FENYA KIAR - merupakan lembaga inisiasi bagi perempuan
3. BOSI ANYA = Lembaga perkawinan
4. SIRA TABAM = Lembaga Pertanahan (tuan tanah)
5. BOVEN = lembaga kebudayaan
6. BOKAH MESIA BOSA MEYA = Lembaga perekonomian dan perdagangan
7. BOMEY = lembaga bahasa

Dua dari tujuh institusi diatas ini terkait dengan festival Sbiah Baah: Pernikahan (Bosi Anya) dan Perdagangan (Bosa Meya). Pemandian Sbiah merupakan rumah pengendali dan pelunasan hutang dan Penerima Kain Timor (kain tenun dari Timor yang dijadikan mahar), yang berasal dari hasil ternak (pedesaan) yang ditanam oleh perempuan. Hal ini untuk membekali dan mengangkat harkat dan martabat anak-anak perempuannya setelah pihak laki-laki menyelesaikan pemberian mahar (saham-pedesaan). , mengembalikan uang muka (deposit = bomasu=pokok), dividen (bour-bunga), bonus (bo amot), dan hibah (bofnesaran = hibah). Sistem pembentukan jaring laba-laba ini telah berlangsung di masyarakat Maybrat hingga saat ini, bahkan pada generasi baru kita! Seperti yang terlihat pada karya ini, berbagai macam kain tenun warna-warni dililitkan di tubuh gadis tersebut. Pakaian tenun tersebut dibuat di Pulau Timor dan digunakan selama bertahun-tahun sebagai mahar di kalangan penduduk asli yang mendiami semenanjung Kepala Burung di Papua Barat. Gadis-gadis itu berlari keluar rumah, mengejar dan menggandeng tangan laki-laki sambil menari-nari di sekitar rumah besar itu. Perempuan-perempuan dengan tas adatnya (yang terbuat dari kulit kayu) berisi Kain Timor di dalamnya, berjalan di depannya, disusul para laki-laki yang berteriak-teriak dan berlarian hendak menebang kayu yang ditancapkan oleh tuan rumah seolah-olah ingin membuktikan dan mendemonstrasikan kemampuan mereka bahwa mereka mampu membayar. utang. Syukur kepada Tuhan, Dia mengizinkan saya untuk merekam peristiwa bersejarah ini dalam imajinasi saya. Dan saya mencoba mengungkapkannya dengan melukis di atas kanvas. Filosofi festival ini telah dijelaskan secara akurat dalam beberapa buku karya penulis lokal bahkan oleh beberapa ahli budaya dari luar negeri seperti Belanda dan Amerika Serikat.
Subjek yang sama akan dilukis lagi dari sudut pandang lain dengan gaya berbeda.

Uploaded

February 28th, 2012